Bagaimana cara menjelaskan kepada seseorang bahwa aku benar-benar tulus mencintainya, dan ingin hidup bersama dengannya hingga tua, pun menjadi bagian dari hidupnya. Tinggal di satu atap dengannya, bersenda di kamar, menatap, berbicara, bahkan saling mendoakan. Sulit sekali untuk menyakinkannya. Padahal aku benar serius. Tapi dia malah dingin, dan beku seperti tinggal di kutub. Bagaimana caranya aku bawakan matahari padanya?

Aku tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan dari perasaanmu yang paling dasar di lubuk hatimu. Tapi bisakah kau buka sedikit saja untukku? Bertahun-tahun aku mengetuknya. Tapi tak pernah kau buka. Padahal aku bukan perampok. Hanya saja musafir yang tersesat dan butuh tempat istirahat. Sembari mengobrol banyak hal. Bercerita masalah dan pengalaman, agar kata-kata yang tersambung itu malah jadi sebuah ijab kabul yang sakral. Tapi apa boleh buat, aku kedinginan di luar sini, hanya untuk menunggu.
Aku tahu, kau memikirkan masa lalu dan semua aib-aib yang aku punya. Tak menginginkan pernikahan denganku apalagi berumah tangga. Padahal aku adalah hanya seorang manusia. Yang aku butuhkan hanyalah kau yang mampu kucintai karena Allah. Segala yang terjadi di masa lalu biarlah. Tak ingin aku perbuat lagi dan disesali. Sebab itu adalah sebuah pengalaman yang dikirim Allah kepada hambanya sebagai bekal dan teguran. Segala yang pemaaf bisa terjadi. Dan kau, bisakah melakukannya untuk itu?
Kita sesama manusia. Dan kodratnya hidup kita tak ada yang sempurna. Apa kau tak ingin memberi waktu padaku untuk sebuah kesempatan?
Sudah satu tahun berlalu. Dan kita berdua masih saja jalan di tempat. Tanpa ada arah, tanpa ada ujungnya. Tanpa ada pernikahan. Tanpa ada yang saling pergi. Bahkan terkadang aku berpikir, apakah kau ingin aku ketuk sekali lagi hatimu agar kau buka? Jujur, aku hampir hipotermia di sini. Jika ini kubiarkan, aku akan segera mati. Malahan aku berpikir, biarlah aku mati saja daripada aku harus pergi. Sebab aku tak ingin pergi dari sini. Aku yakin kau adalah obat dari segala penyakit yang kupunya. Cobalah sedikit saja untuk merenung tentang segala wajahku. Bahwa hidup di dunia ini sekali lagi tak ada yang sempurna. Bisa jadi Allah kasih sempurna asal kita bisa hidup di rumah yang kita impikan bersama.
Tolong jangan katakan ini mimpi!