Ketika singgah ke Punthuk Setumbu, Bukit Rhema adalah hal yang wajib juga untuk disinggahi, karena jaraknya begitu dekat. Di Bukit Rhema ini ada sebuah tempat yang paling menonjol dan terkenal ialah Gereja Ayam. Padahal ini sebenarnya bukanlah bentuk ayam melainkan bentuk burung merpati yang bermahkota. Tapi ia sudah dikenal dengan julukan Gereja Ayam, dan di gereja ini juga Cinta & Rangga datang ke sini dalam film AADC 2.

Namun ada hal yang ingin aku bagikan di sini bahwa ketika hendak kesini, pergilah ke Gereja Ayam itu secara mandiri. Karena waktu itu ketika aku tiba diparkiran, sungguh dibuatnya kebingungan terhadap arah. Sebab kebingungan itu, datanglah seorang wanita bernama Kinan dan menawarkan Shuttle Jeep. Padahal untuk mencapai ke bukit tidak terlalu jauh dan terlalu terjal. Sumpah, jika kau pergi secara mandiri kau tidak pernah menyesal, karena tidak selelah itu. Sungguh.

Harga untuk menaiki Shuttle Jeep seharga Rp 40.000/orang sudah termasuk Qtella goreng seharga Rp 5.000 seperti yang dijual-jual di tepi jalan, dan akan disinggahi di Daun Bukit yaitu pusat oleh-oleh Bukit Rhema itu saja. Dan sontak dalam hati kau akan mengatakan, “segini doang?” sungguh kau akan mengatakan itu, dan tersenyum kepada temanmu. Selanjutnya kau akan berjalan kaki menuju gerejanya.

Kau juga tidak perlu menggunakan tour guide untuk menjelajahi isi dalam gereja tersebut. Mbak Kinan itu adalah salah satu tour guide Bukit Rhema. Dia akan ikut ketika kesepakatan itu jadi saat berada di parkiran. Harga untuk membayar tour guide sebesar Rp 80.000. belum lagi biaya parkir dikenakan Rp 10.000. sungguh sesuatu di luar nalar. Tapi jika kau ingin berbagi rejeki, silahkan saja.

Kunjungan ke Bukit Rhema adalah sesuatu hal yang buru-buru bagiku. Sekedar mendapatkan foto berlatar belakang Gereja Ayamnya saja sudah sangat cukup. Jadi tidak perlu untuk berlama-lama di sini. Karena waktu itu aku harus mengejar waktu untuk bisa sampai di Obelix Sea View di jam 16.00 WIB. Tentu sangat merugi di waktu yang sebentar tapi uang sudah merasa hilang Rp 130.000 untuk kaum yang mendang mending.

Suasana di dalam gerejanya serius aku benar-benar ingin buru-buru pulang, karena hawa yang dirasakan sudah berbeda. Maklum bangunan ini di bangun sejak 1992 dan terbengkalai saat Kerusuhan Mei 1998 hingga 2000’an. Apalagi ada sebuah ruangan yang tidak diizinkan untuk difoto ataupun divideo. Sontak kaget dan bertanya-tanya mengapa. Apalagi gereja ini memiliki 7 lantai dengan fungsi yang berbeda-beda. Begitu yang kudengar dari cerita mbak Kinan.

Gereja ini terdapat sebuah cafe di ekornya yang bernama Kedai Bukit Rhema. Benar aku ingin rasanya berlama-lama di sini menikmati keindahan alamnya. Apalagi sampai bisa naik ke atas mahkota Gereja Ayam ini. Sungguh, jika ada kesempatan ke Jogja lagi, dan ada waktu bisa singgah ke sini, aku ingin menjelajahi setiap ruang hingga ke puncaknya, dan berlama-lama di sini untuk menikmati secangkir kopi kedainya dan membeli oleh-oleh di Daun Bukit itu. Tentunya secara mandiri agar lebih berhemat.