Tidak ada satupun kisah yang harus kita miliki
Malam ini, aku
mencoba menarik lagi kisah yang pernah kita ukir dari beberapa tahun ini. Aku
bukan mencoba untuk rindu, tapi ayolah! Masa lalu itu adalah hal yang paling sulit
untuk dilupakan bagiku. Walaupun masa lalu itu begitu pekat bagiku, tapi
setidaknya banyak yang bisa aku petik dari masa lalu itu.
Ingatkah dirimu
pada masa lalu. Masa lalu kita. Masa lalu yang mungkin tidak akan pernah kau
harapkan. Tapi mungkin kau masih saja ingat. Kuyakin kau tidak akan sedikitpun
akan melupakan masa lalu yang pekat itu.
Pun sama
sepertiku. Aku sama sekali tidak menginginkan masa lalu itu berupa tanah yang
kering. Tapi waktu itu aku sering sekali mencoba untuk menyuburkannya. Tapi tetap
saja tandus. Memang kita tidak akan pernah bisa menyatu. Dan Tuhan pun
mengabulkan pintaku –telah berikan aku jodoh yang baik. Ternyata orang yang
tidak tepat itu adalah kau. Dirimu. Maksudku, kau bukan orang yang baik
untukku. Tapi akulah bukan orang yang terbaik untukmu. Mungkin lelaki yang
sedang bersamamu sekarang inilah yang terbaik untukmu.
Aku bukan ingin
mempermasalahkan takdir Tuhan. Tapi aku hanya ingin menyampaikan satu hal, atau
mungkin beberapa hal. Salah satunya masa dimana kita saat dalam pertemuan terakhir.
Kau tahu,
pertemuan kita yang terakhir ialah pertemuan yang berkesan bagiku. Bagaimana tidak!
Di saat-saat terakhir kita, akhirnya aku memberanikan diriku untuk bisa foto
bersama denganmu. Berdua. Dan aku juga tidak tahu bahwa hari itu adalah hari
terakhir kita. Tenyata takdir telah memisahkan kita. Lalu apa gunanya
pertemuan-pertemuan kita sebelum-sebelumnya. Aku menyesal harus berlaga dengan
takdir. Tapi sudahlah. Itu hanya masa lalu. Dan harus dikenang.
Tapi kau tahu itu
kapan? Foto itu kita ambil pada 10 Mei 2015. Kau masih ingat? Aku yakin kau
lupa. Bulan Mei –ialah bulan yang menjadi saksi perpisahan kita. Kisah itu
kutuang dalam buku puisiku yang sudah terbit. Jika kau memilikinya, mungkin kau
bisa memahaminya. Tapi entahlah kau bisa memiliki buku itu. Buku tentangmu. Untukmu.
Hanya untukmu saja. Sengaja kubuat untuk mengenang. Mengenang masa lalu kamu. Itu
saja. Tanpa ada orang lain didalamnya.
Dan kini aku
bingung harus bagaimana kau bisa mendapatkan buku itu. Tapi dengan kejutan. Tanpa
harus kekasihmu tahu. Sebab aku tak mau merusak hanya karena sebuah bentuk
kenangan untuk masa laluku.
Dan aku sedih
sebenarnya, jalanan yang kita punya cukup lebar. Sayangnya, jalanan yang
berkerikil membuatku harus terjatuh sehingga kau berlari pun tidak mau peduli. Tapi entahlah, perumpaan yang aku ceritakan
panjang lebar ini bukanlah ada maksud apapun. Kau boleh menafsirnya.
Sekarang,
kebahagianmu adalah milikmu. Kau yang tentukan. Aku tidak bisa lagi
menentukannya. Jika malam ini kau bahagia, jelas itu bukannya dariku. Tapi entahlah
jika kau menemukan tulisan ini.
Apa kau bahagia
malam ini, dik? Semoga saja.
Mungkin besok,
atau lusa, atau mungkin bulan depan. Antologi itu akan sampai di tanganmu.
...
Dan buku itu,
masih menunggumu untuk kau baca.
Selamat malam.